Sabtu, 28 Februari 2009

"Kisah Pria dan Wanita



Ada sebuah kisah tentang penciptaan pria & wanita. Pada saat Sang Pencipta telah selesai menciptakan pria. Ia baru menyadari bahwa Ia juga harus
menciptakan wanita.


Padahal semua bahan untuk menciptakan manusia sudah habis dipakai untuk
menciptakan pria. Kemudian Sang Pencipta merenung sejenak, dan kemudian Ia
mengambil lingkaran bulan purnama, kelenturan ranting pohon anggur, goyang
rumput yang tertiup angin, mekarnya bunga, kelangsingan dari buluh galah,
sinar dari matahari, tetes embun dan tiupan angin.
Ia juga mengambil rasa takut dari kelinci dan rasa sombong dari merak,
kelembutan dari dada burung dan kekerasan dari intan, rasa manis dari madu
dan kekejaman dari harimau, panas dari api dan dingin dari salju, keaktifan
bicara dari burung kutilang dan nyanyian dari burung bul-bul, kepalsuan dari
burung bangau dan kesetiaan dari induk singa.
Dengan mencampurkannya bahan semua itu, maka Sang Pencipta membentuk wanita
dan memberikannya kepada pria. Pria itu merasa senang sekali karena hidupnya
tidak merana dan kesepian seorang diri.


Setelah satu minggu, pria itu datang kepada Tuhan, katanya: ‘Tuhan,
ciptaan-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku membuat hidupku tidak bahagia.
Ia bicara tiada henti sehingga aku tidak dapat beristirahat. Ia minta selalu
untuk diperhatikan. Ia mudah menangis karena hal-hal sepele. Aku datang
untuk mengembalikan wanita itu kepada-Mu, karena aku tidak bisa hidup
dengannya’.
‘Baiklah’, kata Sang Pencipta. Dan Ia mengambilnya kembali. Beberapa minggu
kemudian, pria itu datang lagi kepada Tuhan, dan berkata, ‘Tuhan, sejak aku
memberikan kembali wanita ciptaan-Mu, kini aku merana kesepian.
Tiada lagi yang memperhatikanku, tiada lagi yang menyayangiku. Aku selalu
memikirkan dia, ke mana pun aku pergi, aku selalu ingat dia. Makan tidak
enak, tidur tidak nyenyak. Aku rindu kepadanya. Di kala aku sendirian,
kubayangkan wajahnya yang cantik, kubayangkan bagaimana ia menari dan
menyanyi. Bagaimana ia melirik aku. Bagaimana ia bercakap-cakap dan manja
kepadaku. Ia sangat cantik untuk dipandang, dan sedemikian lembut untuk
disentuh. Aku suka akan senyumannya.
Tuhan, kembalikan lagi wanita itu kepadaku!’.
Sang Pencipta berkata, ‘Baiklah’. Ia memberikan wanita itu kembali
kepadanya.

Tetapi, tiga hari kemudian pria itu datang lagi kepada Tuhan dan
berkata, ‘Tuhan, aku tidak mengerti. Mengapa dia memberikan lebih banyak
lagi kesusahan dari pada kegembiraan. Dia semakin menyebalkan. Aku tidak
tahan lagi dengan sikap dan tingkah lakunya. Aku berdoa kepada-Mu.
Ambillah kembali wanita itu. Aku tidak dapat lagi hidup dengannya’.
Sang Pencipta balik bertanya, ‘Kamu tidak dapat hidup lagi dengannya?’.
Pria itu tertunduk malu, ia merasa putus asa. Dalam hatinya ia berkata, ‘Apa
yang harus aku perbuat? Aku tidak dapat hidup dengannya, tetapi aku juga
tidak dapat hidup tanpa dia. Tuhan, ajarilah aku untuk mengerti apa arti
hidup ini?’.
‘Belajarlah untuk memahami perbedaan dan belajarlah untuk berani menerima
perbedaan dalam hidupmu! Pahamilah dan usahakanlah apa yang menjadi
kebutuhan mendasar dari pasangan hidupmu!’, jawab Tuhan.

Dan inilah enam kebutuhan mendasar pria dan wanita:
1. Wanita membutuhkan perhatian, dan pria membutuhkan kepercayaan.
2. Wanita membutuhkan pengertian, dan pria membutuhkan penerimaan.
3. Wanita membutuhkan rasa hormat, dan pria membutuhkan penghargaan.
4. Wanita membutuhkan kesetiaan, dan pria membutuhkan kekaguman.
5. Wanita membutuhkan penegasan, dan pria membutuhkan persetujuan.
6. Wanita membutuhkan jaminan, dan pria membutuhkan dorongan

The Curious Incident of the Dog In the Night-time (Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran)

Pekanbaru, 1 Maret 2009

Judul Buku : The Curious Incident of the Dog In the Night-time (Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran)

Penulis : Mark Haddon

Penerbit : KPG (Gramedia)

Tahun : 2004

“Valueable life lesson from the Aspenger ”

Pertamakali aku tahu berkenalan dengan buku dahsyat ini pada tanggal 11 Januari 2005 yang lalu. Waktu itu aku tengah dilanda kejenuhan dengan rutinitas kuliah dan seperti biasa aku menghabiskan waktu ke Gramedia di jalan Sudirman. Awalnya, niat ke Gramedia hanya ingin membaca buku gratis (seperti yang biasa dilakukan oleh para mahasiswa lainnya) sambil lihat-lihat buku politik untuk kuliah.

Ketika asik berada di sudut politik dan sosial, iseng-iseng aku menuju ke bagian novel dan fiksi, disitu lah aku menemukannya. Tersusun manis di rak paling depan. Warna cover nya yang menarik, pink, warna favoritku. Gambar depan bukunya juga membikin rasa penasaran, gambar sketsa seekor anjing yang mati terhunus oleh sebuah garpu kebun dengan gambar bulan sabit dan bintang diatasnya, menunjukkan kalau kejadian itu terjadi di tengah malam, seperti judul novelnya aku juga ikut dan larut penasaran dengan kejadian matinya sang anjing pudel itu.

Seperti biasa, aku langsung mengambil buku itu dan membaca bagian belakangnya, well sangat menarik dan tentu saja bikin penasaran. Seperti halnya ritual atau apapun namanya, tapi bagiku pantang dan sudah jadi kebiasaan untuk tidak membuka segel buku dan membaca halaman terakhir buku (apalagi buku yang benar-benar niat ingin aku beli dan baca), tanpa pikir panjang aku langsung ke kasir untuk membayar dan tidak sabar pulang kerumah untuk membaca buku tersebut.

Pada dasarnya buku ini adalah buku misteri pembunuhan yang tak biasa. Tak biasa karna cerita dan penokohan digambarkan melalui kacamata seorang anak berusia 15 tahun. Menariknya karena sang detektif, pencerita sekaligus sang tokoh utama cerita adalah penderita Sindrom Aspeger, sejenis autisme.

Cerita dimulai pada suatu malam, ketika sang tokoh utama yakni Christopher John Francis Boone tengah menghabiskan waktu duduk dan berada di jalan didekat rumahnya pada tengah malam. Seperti biasa Christopher yang senang menghabiskan malam-malam dengan menyusuri jalan disekitar lingkungan rumahnya karena ia seorang penderita autisme yang suka menyendiri. Sebagai seorang penyandang autisme Sindrom Aspenger, dia memiliki sifat kikuk dalam masalah sosialisasi dan senang melihat segala sesuatu secara mendetil. Ketika tengah berjalan-jalan tanpa disangka ia menemukan anjing tetangganya Nyonya Shears tergeletak mati, terhunus oleh garpu kebun halaman rumah Nyonya Shears. Nyonya Shears pun kaget dan berteriak ketika mengetahui Christopher ada di TKP bersama sang anjing dan segera memanggil polisi. Ketegangan pun muncul saat ia berada di kantor polisi untuk diintograsi namun karena tidak cukup bukti bahwa Christopher sang pelaku maka ia pun dilepaskan.

Disinilah awal cerita semakin menjadi menarik karena dengan kejadian tersebut, Christopher menjadi termotivasi untuk membuat sebuah buku novel pembunuhan anjing tersebut. Ia ingin mengungkapkan siapa dalang dibalik pembunuh anjing Nyonya Shears tersebut.

Lembar demi lembar buku ini sangat menarik dan tidak membosankan untuk dibaca karena unik dan memang bikin penasaran. Ada beberapa hal yang menarik bahkan fakta unik yang bisa kita dapatkan ketika membaca buku ini:

1. Christopher Boone (sang tokoh utama) suka dengan angka bilangan prima sehingga pada buku ini tiap bab ditulis dimulai dengan bilangan prima (2, 3, 5, 7, 11 dan seterusnya).

2. Tiap bab pada buku tersebut (bab bilangan prima) menceritakan kisah dengan gaya bertutur selang-seling, maksudnya pada bab 2 (sebagai bab pertama) Christopher menceritakan kisah awal pembunuhan anjing tersebut namun di bab 3 ia akan menceritakan tentang dirinya, alasan kenapa membuat novel tentang pembunuhan anjing tersebut, fakta-fakta unik tentang segala hal baik tentang ayahnya yang ditinggal pergi oleh sang istri (ibu Christopher), Siobhan (guru yang menangani tentang autisme dan sekaligus menjadi temannya), fakta-fakta tentang matematika (pelajaran kesukaannya) dan semua hal menarik yang ditemuinya ketika mencari pembunuh anjing tersebut. Seterusnya seperti itu di bab 5 yang kembali menceritakan tentang pembunuhan tersebut dan bab 7 ia kembali menceritakan fakta-fakta unik. Sehingga membaca buku ini kita tidak hanya dapat cerita yang menarik dari sudut pandang anak autis yang menarik tetapi juga fakta-fakta unik yang kadang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Intinya buku ini pasti menambah pengetahuan. Seperti contohnya: “bilangan prima berguna untuk membuat sandi dan di Amerika tergolong Bahan Militer sehingga kalau kau menemukan bilangan prima yang terdiri lebih daripada 100 angka kau harus melapor CIA dan bilangan itu mereka beli seharga 10.000 dollar, tapi itu bukan cara yang baik untuk mencari nafkah…….” (dikutip pada Bab 19). Lucu sekaligus menarik.

3. Novel ini dilengkapi dengan gambar-gambar seperti peta rumah Christopher dan gambar-gambar yang ia temui sepanjang perjalanannya. Sehingga tergambar bagaimana pola piker seorang autis yang suka akan detil dan terperinci. Semua dikarenakan Christopher penyandang autisme Sindrom Aspenger sehingga ia cenderung menjelaskan segala sesuatu secara mendetil, mulai dari bentuk, sifat dan apa yang dilihatnya, apapun itu. Sehingga cerita ini lain dari yang lain.

4. Menghibur, karena gaya bercerita yang apa adanya, seperti saat Christopher digiring ke kantor polisi karna dijadikan saksi atas kematian anjing milik Nyonya Shears, polisi menggeledah dan menyuruhnya mengeluarkan semua isi saku baju nya, ia menjelaskan bagaimana sang polisi dan apa saja yang ada dikantongnya pada saat itu, seperti : “ Lengan Sersan di meja piket penuh bulu dan kukunya bekas digigit-gigit sampai berdarah. Ini yang kubawa dikantong: 1). Pisau lipat Swiss Army dengan 13 perlengkapan termasuk alat kupas kabel dan gergaji dan tusuk gigi dan pinset, 2). Seutas tali, 3) Sepotong puzzle kayu yang bentuknya seperti ini (digambarkan)……….” (pada Bab 23). Bukan hanya itu Christopher juga menggambarkan kebingungannya pada idiom-idiom ataupun pepatah yang ada dimasyarakat, hal ini dapat dimaklumi karena para penyandang autisme tidak bisa menangkap kata-kata yang bersifat pepatah, idiom, basa-basi bahkan ekspresi bahasa maupun ekspresi tubuh.

5. Cerita semakin mengerucut ketika Christopher menyelidiki siapa pembunuh anjing tersebut, ia pun mulai meruntutkan para orang-orang (termasuk Nyonya Shears) yang memiliki kemungkinan membunuh anjing pudel itu dan alasan orang-orang tersebut dicurigai sebagai pelaku dan tega membunuh anjing kecil tersebut.

6. Runtutan cerita yang dikemas menarik, lucu dan apa adanya semakin menjungkir-balikkan Christopher pada kisah hidupnya sendiri, hidup ayahnya, kisah kepergian ibunya dan lingkungannya. Menarik dan penuh petualangan ketika Christopher menemukan kenyataan yang menyakitkan sekaligus meluluh lantahkan hidupnya akan sebuh kebenaran yang disembunyikan ayahnya selama ini. Hal tersebut berujung pada kebulatan tekadnya untuk menemukan ibunya yang pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya serta alasan kuat dan yang selama ini tidak ia ketahui tentang kenapa ibunya meninggalkan mereka.

7. Disini cerita semakin lebih personal dan lebih mendalam tentang Christopher namun tetap saja berakhir manis dan tidak lepas dari alur tentang pencarian pembunuh anjing pudel milik Nyonya Shears. Unpredictable ending.

Secara keseluruhan buku ini tetap menjadi top of the top in my favourite book list karena ceritanya yang unik, menarik, satir namun tetap penuh kandungan normatif tentang pencarian jati diri meskipun sang tokoh utama adalah seorang penderita Autisme.

Novel yang mengharu biru ini menghantarkan sang penulis, Mark Haddon untuk mendapatkan anugerah dari berbagai penghargaan sastra, antara lain Whitbread Novel Award 2003 (hadiah sastra yang bergengsi di Inggris). Mark Haddon sendiri adalah seorang pengarang, illustrator, penulis naskah film yang telah menulis lima belas buku anak-anak dan memenangkan dua BAFTA (British Academy of Film and Television Art).

Me and this book for the life lesson, tiap buku baik novel, fiksi ataupun non fiksi (political economy books) selalu akan berakhir pada sebuah perenungan akan hidup yang aku ambil. Karena aku yakin tiap buku diciptakan selalu mempunyai makna normatif dan berakhir pada esensi pencarian dan pemaknaan hidup manusia dan lingkungannya. Begitu juga buku mengagumkan ini.

Selain mengetahui tentang perilaku para penderita autis sindrom Aspenger dan fakta-fakta unik yang menyertai buku ini tanpa sadar kita juga diajak berpikir bahwa segala sesuatu ada alasan (everything comes for the reason) dan sudah kodrati bagi manusia (baik sadar ataupun tidak sadar) memaknai alasan tersebut.

Kita sebagai manusia (yang menamai diri) normal kadang tidak menyadari sesuatu di depan mata sangat berharga dan ada untuk sebuah hikmah yang tersembunyi. Kita terlalu disibukkan dengan pelabelan, self image, pencitraan, apapun namanya yang kadang mengatur hidup dengan rutinitas yang melelahkan dan menjemukan.

Pernah tidak kita menyadari kenapa hidup di saat kita kecil begitu menantang, menggairahkan, penuh warna dan menarik? Semua karena kita selalu mengawali segala sesuatu dengan bertanya dan keingintahuan. Namun ketika kita dewasa, keengganan untuk bertanya, dalam kerangka yang lebih sempit dan personal memudar dengan sendirinya. Kita menganggap bertanya baik dalam hal umum maupun khusus (tentang hidup) hanya sesuatu yang kurang lebih pemborosan waktu, inefesiensi waktu dan membuang tenaga. Namun disitu lah letak “kekanakan” yang kita pelihara. Rasa ketidakingin-tahuan kita itulah yang menjauhkan kita pada satu akhir yang umum, hidup teratur dan penuh kebosanan (sistimatika dan umum), rutinitas menyeret kita pada hidup yang hampa dan tidak berwarna. Itulah sebabnya kadang ketika kita berada pada suatu situasi (yang menurut banyak orang dan umumnya) yang sangat enak seperti karir yang cemerlang dan hidup yang berkecukupan, menjadi hampa dan worthless karena rasa ingin tahu tadi tidak terpupuk dan cenderung diabaikan sehinga megnhitam-putihkan hidup yang seharusnya berwarna.

Breakthrough your life and out from your common life system lebih tepat diringkaskan tentang esensi dan hikmah yang didapat dari buku ini. Menjadi dewasa sering diartikan hidup teratur dan mengikuti pakem yang ada, itu yang menjadikan hidup hanya berakhir pada hitam-putih bukan hidup yang berwarna. Melalui kacamata bocah autis dalam penokohan Christopher secara sederhana “menyeret” kita untuk tidak terjebak pada alur pikiran yang sistematis yang diciptakan oleh kehidupan yang protokoler, kaku, self image, pencitraan, pelabelan dan terlalu ikut pada alur hidup yang desktruktif. Kita diajak untuk masuk ke dunia “anak-anak” tanpa perlu meninggalkan kedewasaan berpikir. Bahasa yang sederhana namun penuh perenungan kadang mengagetkan dan memberikan perenungan bahwa ternyata hidup masih bisa dibawa fun dan lepas dari dikotomi kehidupan yang ruwet dan penuh dengan intrik. Live your life with cheer and express yourself out of system karna hidup begitu berwarna dan terlalu indah untuk dikungkung dalam doktrin yang kaku.

Selasa, 24 Februari 2009

Resensi Film


SLUM DOG MILLIONAIRE

Hi guys...
It's my 1st blog lol...
Ok for the first issue I wanna share bout the movie that i saw last night.
It called SLUM DOG MILLIONAIRE.
It's so good and great movie i think.
Actually i dont like enought bout india movies but this one so different.
The 1st time i knew bout movie when i watch tv bout the Golden Globe and Oscar nomination, this movie is one of them.
I was so curious bout it and try to hunt the dvd, i found it.
I bought it and watch it....voila....here we go again....

Slumdog Millionaire is a 2008 British drama film directed by Danny Boyle, co-directed by Loveleen Tandan, and written by Simon Beaufoy. It is an adaptation of the Boeke Prize-winning and Commonwealth Writers' Prize-nominated novel Q & A (2005) by Indian author and diplomat Vikas Swarup. Set and filmed in India, Slumdog Millionaire tells the story of a young man from the slums of Mumbai who appears on the Indian version of Who Wants to Be a Millionaire? (Kaun Banega Crorepati, mentioned in the Hindi version) and exceeds people's expectations, arousing the suspicions of the game show host and of law enforcement officials.

After screenings at the Telluride Film Festival and the Toronto International Film Festival, Slumdog Millionaire initially had a limited North American release on November 12, 2008 by Fox Searchlight Pictures and Warner Bros. Pictures, to critical acclaim and awards success. It later had a nationwide release in the United Kingdom on January 9, 2009 and in the United States on January 23, 2009. It premiered in Mumbai on January 22, 2009.

Slumdog Millionaire was nominated for 10 Academy Awards and won eight, the most for any film that year, including Best Picture. It also won five Critics' Choice Awards, four Golden Globes, and seven BAFTA Awards, including Best Film. The film is also the subject of controversy concerning its portrayal of India and Hinduism as well as the welfare of its child actors.

The film opens with a police inspector (Irrfan Khan) in Mumbai, India, interrogating and torturing Jamal Malik (Dev Patel), a former street child from the Dharavi slums. At the opening scene, a title card is presented: "Jamal Malik is one question away from winning 20 Million Rupees. How did he do it? A) He cheated, B) He's lucky, C) He's a genius, D) It is written." At the end of the film, the answer is given. Jamal is a contestant on the Indian version of Who Wants to be a MillionaireKaun Banega Crorepati) hosted by Prem Kumar (Anil Kapoor). Jamal has made it to the final question, scheduled for the next day, but the police are now accusing him of cheating, because the other possibilities, that he has a vast knowledge, or that he is very lucky, both seem unlikely. (

Jamal then explains that, while at least the question about Bollywood superstar Amitabh BachchanHindu-Muslim riots in the slums, and how he and his brother Salim (Madhur Mittal) befriended the orphan girl Latika (Freida Pinto). As Jamal's favourite book from his short period in school was The Three Musketeers, he refers to Salim and himself as Athos and Porthos, and Latika as the third Musketeer. was very simple, he knew the answers of most questions by chance, because of things that happened in his life. This is conveyed in a series of flashbacks documenting the particulars of his childhood. This includes scenes of him obtaining the autograph of Amitabh Bachchan, the death of his mother during

The children are eventually discovered by Maman (Ankur Vikal) while they live in the trash heaps. Maman is a gangster (a fact they do not actually know at the time they meet him) who "collects" street children so that he can ultimately train them to beg for money. Salim is groomed to become a part of Maman’s operation and is asked to bring Jamal to Maman in order to be blinded (which would improve his income potential as a singing beggar). Salim rebels against Maman to protect his brother, and the three children try to escape, but only Salim and Jamal are successful as Salim purposely lets go of Latika's hand as she tries to board a train they are hopping while trying to escape. Latika is re-captured by Maman's organization and raised as a culturally talented prostitute whose virginity will fetch a high price.

The brothers eke out a living, traveling on top of trains, selling goods, pretending to be tour guides at the Taj Mahal, and pickpocketing. Jamal eventually insists that they return to Mumbai since he wishes to locate Latika. When he finds her working as a dancer in a brothel, the brothers attempt to rescue her, but Maman intrudes, and in the resulting conflict Salim draws a gun and kills Maman. Salim then uses the fact that he killed Maman to obtain a job with Javed (Mahesh Manjrekar), a rival crime lord. Salim claims Latika as his own and when Jamal protests, Salim threatens to kill him and Latika intervenes, accepting her fate with Salim and breaking Jamal's heart.

Years later, Jamal has a position as a "chai-wallah" (a boy or young man who serves tea) at a call centre. When he is asked to cover for a co-worker for a couple of minutes, he searches the database for Salim and Latika. He gets in touch with Salim, who has become a high-ranking lieutenant in Javed’s organization and confronts a regretful Salim on tense terms. Salim invites Jamal to live with him and, after following Salim to Javed's house, he sees Latika living there. He talks his way in as the new dishwasher and tries to convince Latika to leave. She rebuffs his advances, but he promises to be at the Chhatrapati Shivaji Terminus railway station every day at five p.m. for her. She tries to discourage him, but on the first day that Jamal waits there, Latika attempts to rendezvous with him, but is recaptured by Salim and Javed's men. One of the men then slashes her cheek with a knife, scarring her as Salim drives off.

Jamal again loses contact with Latika when Javed moves to another house. In another attempt to find Latika, Jamal tries out for the popular game show because he knows that she will be watching. He makes it to the final question, despite the hostile attitude of the host who feeds Jamal a wrong answer during a break. At the end of the show, Jamal has one question left to win 20 million, or two crore, rupees and is taken into police custody, where he is tortured as the police attempt to learn how Jamal, a simple "slumdog," could know the answers to so many questions. After Jamal tells his whole story, explaining how his life experiences coincidentally enabled him to know the answer to each question, the police inspector calls his explanation "bizarrely plausible" and allows Jamal to return to the show for the final question. At Javed's safehouse, Latika watches the news coverage of Jamal's miraculous run on the show. Salim gives Latika his phone, and the keys to his car, and urges her to run away. When Jamal uses his Phone-A-Friend lifeline to call Salim, Latika answers his phone and they reconnect. She does not know the answer to the final question either, but believing that "it is written," Jamal guesses the correct answer (Aramis) to the question of the one Musketeer whose name they never learned, and wins the grand prize. Simultaneously, Salim is discovered to have helped Latika escape and allows himself to be killed in a bathtub full of money after shooting and killing Javed. Salim's last words are "God is great." Later that night, Jamal and Latika meet at the railway station and they share a kiss. It is then revealed that the correct answer to the opening question is: D) it is written. Along with many others in the train station, they dance.